Makalah Keperawatan : Congestive Heart Failure (CHF) - Gagal Jantung Kongestif

MAKALAH KEPERAWATAN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
GAGAL GINJAL KONGESTIF

A. Latar Belakang Congestive Heart Failure
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di indonesia. Penyebab dari penyakit jantung pun bermacam – macam.. Penyakit ini dapat disebabkan karena perilaku kesehatan yang kurang baik, hal tersebut bisa disebabkan karena adanya tekanan batin, misalnya kaget, syok dan lain – lain.

Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus dapat mengetahui dan memahami macam – macam penyakit jantung. Salah satu penyakit jantung yang sering terjadi adalah penyakit CHF atau gagal jantung. Dalam artikel yang akan saya posting dibawah ini saya akan menjelaskan mengenai "Makalah Keperawatan : Congestive Heart Failure (CHF) atau biasa disebut gagal ginjal kongestif. Semua akan saya bahas dari pengertian, penyebab, hingga penatalaksanaan apakah yang harus dilakukan pada pasien dengan Penyakit CHF.

B. Pengertian Congestive Heart Failure
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah yang cukup dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

Gagal jantung kongestif merupakan kondisi terminal pada banyak jenis penyakit jantung, keadaan ini merupakan kondisi patologik ketika fungsi jantung yang terganggu itu membuat jantung tidak mampu mempertahankan curah jantung yang cukup untuk memenui kebutuhan metabolik tubuh. Gagal jantung kongestif ditandai oleh berkurangnya curah jantung (forward failure), penumpukan darah dalam sistem vena (backward failure) atau keduanya (Mitchell, 2009. Buku Kedokteran : Jakarta)

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Brunner dan Suddart, 805. KMB).

Gagal jantung kongestif adalah gagal serambi kiri dan kanan dari jantung yang menakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyeabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik (Marilynn E Doenges, Hal 52)

Menurut Purnawan (1982) Congestive Heart Failure adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan dalam pemompaan dimana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan tresse tubuh, hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).

C. Etiologi Congestive Heart Failure
Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab - penyebab gagal jantung tersebut dapat dikelompokkan sebagai dibawah ini :
  • Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
  • Beban tekanan berlebihan - pembebanan sistolik (systolic overload)
  • Beban volume berlebihan - pembebanan diastolic (diastolic overload)
  • Peningkatan kebutuhan tresse - peningkatan kebutuhan yang berlebihanan (demand overload)
Selain penyebab di atas gagal jantung kongestif juga dapat disebabkan oleh hal - hal di bawah ini :

  1. Kelainan otot jantung
  2. Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung. Menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
  3. Aterosklerosis koroner
  4. Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosi (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
  5. Hipertensi sistemik atau pulmonal (Peningkatan afterload)
  6. Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot jantung tidak berfungsi secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung
  7. Peradangan dan katub miokardium degeneratif
  8. Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung. Menyebabkan kontraktilitas menurun.
  9. Penyakit jantung lain
  10. Gagal jantung dapat terjadi akibat penyakit jantung yang sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (misalnya : stenosis katup senilluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misal : tamponade perikardium, perikardium konstriktif).

D. Patofisiologi Congestive Heart Failure
Kelainan tresse pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung yang di akibatkan penyakit jantung iskemik dapat menyebabkan tergganggunya kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel. Tekanan paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Setelah itu akan menimbulkan seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema. Perkembangan dari kongestif sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian.

Sedangkan menurut Brunner dan Suddart mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO=HR x SV dimana curah jantung (CO : Cardiac Output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR : Heart Rate) x volume secukupnya (SV : Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi gagal mempertahankan perfusi jaringan yang memadahi maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuiaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot, sekuncup  berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup ialah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada 3 faktor : preload, kontraktilitas, afterload.

  1. Preload adalah sinonim dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung bergandeng langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya tegangan serabut jantung.
  2. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung serta kadar kalsium.
  3. Afterload mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
  4. Gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasil jantung berkurang kemudahan dalam menentukan hemodinamika melalui prosedur pemantauan infasif telah mempermudah diagnosa jantung kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif (Brunner dan Suddarth, Hal 805. KMB)

E. Manifestasi Klinis Congestive Heart Failure
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung terbagi atas:
  1. Gagal jantung kiri
  2. Gagal jantung kanan
  3. Gagal jantung kongestik
Gejala dan tanda yang timbul berbeda sesuai dengan pembagian kegagalan pemompaan. Tanda yang paling dominan dalam gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.

Kongesti jaringan terjadi diakibatkan karena tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskuler.

Turunnya curah jantung pada gagal jantung di manivestasikan secara luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ (perfusi rendah) untuk menyampaikan oksigen yang di butuhkan.

Beberapa efek yang timbul yang diakibatkan perfusi rendah adalah pusing, konfusi, kelelahan, tidak toleran terhadap latihan dan panas, ekstremitas dingin, dan keluaran urin yang berkurang atau oliguri. Tekanan perfusi ginjal yang menurun mengakibatkan pelepasan stress dari ginjal, yang pada gilirannya akan menyebabkan sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan serta peningkatan volume intravaskuler.

New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
  1. Kelas 1: bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
  2. Kelas 2: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
  3. Kelas 3: bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
  4. Kelas 4: bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring


F. Data Penunjang
  1. Radiologi:
    • Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang
    • Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
    • Distensi vena paru
    • Hidrothorak
    • Pembesaran jantung, Cardio-thoragic ratio meningkat
  2. EKG
    • Dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI).
  3. Ekokardiografi :
    • Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.
  4. Foto torax
    • Dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang menegaskan CHF.
  5. Kateterisasi Jantung:
    • Pada gagal jantung kiri didapatkan ( VEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary arterial wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.
  6. Pemeriksaan Lab. Meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.

G. Penatalaksanaan Pada Congestive Heart Failure
  1. Penatalaksanaan Medis
    • Dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
    • Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan beban dan farmakologis.
    • Menghilangkan timbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik, diet, dan istirahat.
      1. Terapi farmakologis
        • Glukosida jantung, diuretik, dan fasidilator merupakan dasar terapi farmakologis gagal jantung.
      2. Terapi diuretik
        • Digunakan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal, obat ini tidak diperlukan apabila pasien bersedia merespon.
      3. Terapi vasodilator
        • Obat - obat vaso aktif merupakan merupakan pengobatan utama pada penatalaksana gagal jantung.
    • Diit, diit jantung, makanan lunak rendah garam.
    • Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekwensi jantung.
    • Pemberian diuretik yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
    • Morfin diberikan untuk mengurangi sesak nafas pada asma kardial.
    • Pemberian oksigen.
  2. Penatalaksanaan Keperawatan
    • Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial.
    • Peningkatan frekwensi jantung.
    • Perubahan tekanan darah.
    • Penurunan keluaran urine.
    • Nadi perifer tidak teraba.

H. Komplikasi Congestive Heart Failure

  • Syok Kardiogenik
  • Episode Tromboemboli
  • Efusi dan Temponade Pericardium


I. Daftar Pustaka
  1. Brunner, suddarth. 1994. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
  2. Donna D, Marilyn. V. (1991). Medical Sugical Nursing. WB Sounders : Philadelpia
  3. Doenges, Marylyn E. (1993). Nursing Care Plans, Edisi III. EGC : jakarta.
  4. Nih Luh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. EGC Jakarta.
  5. RS Jantung “Harapan Kita”. (1993). Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik, Kumpulan bahan kuliah, Edisi ke tiga. Jakarta.
  6. Soeparman . (1987). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi Kedua. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
  7. Mitchell, dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis. EGC : jakarta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Keperawatan : Congestive Heart Failure (CHF) - Gagal Jantung Kongestif"

Post a Comment