Makalah Keperawatan : Infeksi Puerperalis

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman - kuman pada alat genetalia pada waktu persalinan.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan dan plasenta di keluarkan adalah masa-masa perhatian dimana seorang ibu perlu benar-benar dipantau keadaannya. Karena pada saat - saat itu bisa terjadi masalah seperti adanya perdarahan dan juga infeksi akibat masuknya bakteri atau kuman di tempat bekas jahitan akibat proses kelahiran.


B. Pengertian
Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya kuman - kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarono Prawiroharjo, 2005 : 689).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati, 2009).

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).


C. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman - kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
  1. Streptococcus haematilicus aerobic
  2. Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
  3. Staphylococcus aurelis
  4. Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
  5. Escherichia coli
  6. Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas.
  7. Clostridium welchii
  8. Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Faktor-Faktor Predisposisi
  1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi
  2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
  3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
  4. Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
  5. Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas


D. Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena yang di tutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan masuknya jenis - jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
  • Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman - kuman.
  • Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus di tutupi dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki kamar bersalin.
  • Dalam rumah sakit selalu banyak kuman - kuman patogen, berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman - kuman ini bisa di bawah melalui aliran udara kemana - mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril dan alat - alat yang di gunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
  • Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban.
  • Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala - gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali di lakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin


>>> Baca juga mengenai Pathway Keperawatan : Infeksi Puerperalis


E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :

  • Peningkatan suhu
  • Takikardi
  • Nyeri pada pelvis
  • Demam tinggi
  • Nyeri tekan pada uterus
  • Lokhea berbau busuk/ menyengat
  • Penurunan uterus yang lambat
  • Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi


F. Komplikasi
  1. Perdarahan Per Vagina
    • Hemoragi Post Partum Primer.
    • Yaitu mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. 
      Penyebab :
      • Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan).
      • Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomy).
      • Koagulasi intravascular diseminata
      • Inversi uterus.
    • Hemoragi Post Partum Sekunder.
    • Yaitu mencakup semua kejadian Hemoragi Post Partum yang terjadi antara 24 jam setalah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. 
      Penyebab :
      • Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan.
      • Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih, rectum).
      • Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, rupture uterus).
  2. Infeksi Masa Nifas
  3. Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membrane) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini:
    • Nyeri pelvic.
    • Demam 38,5˚C atau lebih.
    • Nyeri tekan di uterus.
    • Lokea berbau menyengat (busuk).
    • Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
    • Pada laserasi atau luka episiotomy terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah.
  4. Kelainan Payudara
    • Bendungan air susu
    • Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi system lacteal oleh air susu.
      Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Roser (1996) mengamati bahwa 18% wanita normal akan mengalami demam post partum akibat bendungan air susu. Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu tubuhnya berkisar antara 38 - 39˚C. Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain, khususnya panas yang disebabkan oleh infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
    • Mastitis
    • Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi ante partum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai dalam masa nifas dan laktasi.
      Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau ke empat. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.


G. Penatalaksanaan medis
  1. Pencegahan
    • Selama kehamilan
    • Pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :
      • Perbaikan Gizi.
      • Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
      • Personal Hygine.
    • Selama persalinan
      • Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik.
      • Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
      • Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama.
      • Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas.
      • Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
      • Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu sehat.
      • Tamu yang berkunjung harus di batasi
  2. Pengobatan
    • Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam pengobatan.
    • Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat, karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas menunggu hasil laboratorium.
    • Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
    • Perhatikan diet : TKTP, lakukan transfusi darah, pengobatan kemoterapi dan antibiotika.
    • Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4 - 6 jam kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa atau force, bactrim.
    • Kemasan penisilin. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol. Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan. Tidak ada gunanya memberikan obat-obatan yang mahal.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Makalah Keperawatan : Infeksi Puerperalis"

Post a Comment