Konsep Keperawatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah

Konsep Keperawatan Jiwa  Anak Usia Sekolah 
Masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak merujuk pada usia dan kebudayaan. Dimana perilaku yang dianggap normal pada anak –anak bisa saja tidak normal pada orang dewasa, contohnya malu dan takut pada sesuatu hal. Takut terhadap tempat gelap akan dirasa wajar bila itu yang mengalami pada anak anak namun akan tidak wajar bila itu yang mengalami seseorang yang telah dewasa. Keyakinan budaya membantu menentukan apakah orang – orang melihat perilaku tertentu sebagai normal atau abnormal. Orang – orang yang hanya mendasarkan pada normalitas pada standart yang berlaku pada budaya mereka saja akan beresiko menjadi etnocentris ketika mereka memandang tingkah laku orang lain dalam budaya yang berbeda sebagai abnormal. Perilaku abnormal pada anak – anak bergantung pada definisi orang tua mereka yang dipandang dari kacamata budaya tertentu. 
Gangguan perilaku juga ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku baik dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus-menerus melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan usia mereka memiliki gangguan perilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penilaian pada perilaku harus melibatkan lingkungan sosial anak tersebut ke dalam catatan. Penyimpangan perilaku terjadi oleh anak sewaktu adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan lain dengan stress tinggi bukan gangguan perilaku.(Nn.2013)


Klasifikasi Gangguan Perilaku
Gangguan Perkembangan Pervasif ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi. Gangguan ini terdiri dari :
  1. Autisme
    Adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat dari dunia, percaya bahwa kejadian – kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya respon terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, dan respon yang aneh terhadap lingkungan seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala.
  2. Retardasi Mental
    Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (misal., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
  3. Gangguan perkembangan spesifik
    Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang dan mempengaruhi tahap perkembangan selanjutnya,

Gejala Gangguan Perilaku
Pada umumnya, anak dengan gangguan prilaku adalah egois, tidak berhubungan baik dengan orang lain, dan kurang merasa bersalah. Mereka cenderung salah mengartikan perilaku orang lain sebagai ancaman dan bereaksi agresif. Mereka bisa terlibat dalam pengintimidasian, ancaman, dan sering berkelahi dan kemungkinan kejam terhadap binatang. Anak lain dengan gangguan perilaku merusak barang, khususnya dengan membakar. Mereka mungkin berdusta atau terlibat dalam pencurian. Melanggar peraturan dengan serius adalah biasa dan termasuk lari dari rumah dan sering bolos dari sekolah. Anak perempuan dengan gangguan prilaku lebih sedikit mungkin dibandingkan anak laki-laki untuk menjadi agresif secara fisik; mereka biasanya kabur, berbohong dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang
Sekitar separuh dari anak dengan gangguan prilaku menghentikan perilakunya ketika dewasa. Anak yang lebih kecil ketika gangguan perilaku mulai, lebih mungkin akan melanjutkan perilakunya. Orang dewasa yang tetap berperilaku seperti itu seringkali menghadapi masalah hukum , secara kronis mengganggu hak orang lain, dan seringkali didiagnosa dengan gangguan kepribadian anti social.(Nn. 2013)

Proses Keperawatan
Sesuai dengan tahapan proses keperawatan dan dengan berorientasi pada keterampilan kompetensi ego, pertama kali perawat perlu melakukan pengkajian.
  1. Pengkajian
    Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan keluarga.
    1) Data demografi
    Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan keterbatasan lainnya.
    2) Fisik
    Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak.
    3) Status mental
    Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.
    Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam hubungannya dengan anak sebayanya, yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
    4) Riwayat personal dan keluarga
    Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut.
    Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
  2. Perencanaan
    Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan perubahan lingkungan anak,. tujuan umumnya adalah sebagai berikut :
    1) Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
    2) Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku membangun
    3) Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
    4) Membantu mengembangkan identitas diri anak
    5) Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
    6) Membantu anak berkomunikasi secara efektif
    7) Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
    8) Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya dan meningkatkan uji coba realitas yang tepat
  3. Implementasi
    Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan, yang terdiri dari :
    1) Terapi bermain
    Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk :
    • Menguasai dan menggali kembali pengalaman masa lalu yang tidak dapat dikendalikan sebelumnya.
    • Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
    • Berkomunikasi dengan orang lain
    • Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri, dunia luar, dan orang lain.
    • Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas
    • Meningktakan kreatifitas dan inisiatif
    2) Terapi keluarga
    Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orangtua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
    3) Terapi kelompok
    Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendal.
    4) Pendidikan pada orang tua
    Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk mencegah gangguan kesehatan jiwa anak,. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
    5) Terapi lingkungan
    Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada perilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker atau nilai, tergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya, perilaku negatif tidak ditoleransi.
  4. Evaluasi
    Pada umunya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak. Apakah anak menunjukkan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional. Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak impulsif. Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
    • Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
    • Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan orang tua secara wajar
    • Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
    • Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi dan proses belajar
    • Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
    • Status mental secara menyeluruh
    • Koordinasi dan rencana pemulangan (Indhirastya. 2010)
      DAFTAR PUSTAKA
      Hamid, Y. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Jakarta :EGC

      Nasir Abdul dan Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
      Riyadi Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
      Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Konsep Keperawatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah"

Post a Comment