TRAUMA
DADA
Trauma dada dapat berupa luka tumpul atau
tembus. Trauma tumpul dada lebih sukar untuk dideteksi sebab organ - organ
internal rusak tanpa kerusakan kulit yang jelas. Cedera tembus lebih mudah
dideteksi karena terdapat kerusakan pada kulit dan perdarahan nyata.
Rerata Lama Perawatan (RLP) terhadap
klasifikasi kelompok diagnostik yang berhubungan (KDB) dari trauma dada
(Lorenz, 1991) tanpa komplikasi adalah 6,2 hari (Lorenz, 1991). Tambahan hari
dimungkinkan bila terjadi komplikasi.
Pasien –
pasien yang mengalami cedera dada yang mengancam hidup ditempatkan di UPI
sampai kondisi stabil. Sebab perubahan fisiologis normal dipengaruhi umur,
lansia dan orang yang dengan penyakit yang ada sebelumnya berisiko tinggi
terhadap komplikasi.
Beberapa trauma dada yang mengancam hidup dan
penatalaksanaannya meliputi sebagai berikut :
1.
Tension Pneumothorax terjadi bila tusukan pada dinding
paru memungkinkan udara masuk tapi tidak keluar rongga pleura. Udara yang
terperangkap ini menyebabkan peningkatan tekanan intrapleura yang akhirnya
menekan paru – paru menyebabkan paru kolaps. Selain itu, isi rongga mediastinum
(jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar) pindah ke sisi yang tak sakit.
a.
Di tempat kejadian :
·
Masukan Jarum besar ke ruang interkostal kedua
pada garis midklavikula dari sisi yang sakit
·
Oksigen tambahan
·
Terapi IV untuk mengontrol syok
b.
Di rumah sakit :
·
Pasang selang dada yang dihubungkan dengan sistem
water – seal dranage (WSD).
·
Amati pemulihan syok
2.
Pnemumotoraks terbuka (open pneumothorax) adalah
kolapsnya paru - paru yang disebabkan oleh pergantian yang cepat dari tekanan negatif
normal intrapleura dengan tekanan atsmofir positif. Ditandai dengan bunyi
“hisapan” yang dihasilkan bila paru – paru tiba – tiba tertusuk.
Penatalaksanaan Medis Umum
a.
Ditempat kejadian :
·
Tindakan untuk mengubah ke pneumothoraks
tertutup, sebagai contoh. Menaruh tangan atau balutan penutup di atas bagian
yang terbuka saat pasien menarik napas untuk menutupinya. Untuk mencegah
tegangan, pneumotoraks, penutup harus diangkat sementara waktu ekspirasi dan
ditutupkan kembali. Ini harus dilakukan selama beberapa siklus pernafasan
·
Oksigen tambahan
·
Terapi IV untuk mengontrol syok
b.
Dirumah sakit :
·
Pasang selang dada yang dihubungkan dengan sistem
WSD.
·
Lakukan tindakan untuk mengontrol syok
·
Pembedahan untuk memperbaiki cedera
·
Oksigen tambahan
3.
Hemotoraks adalah kolapsnya paru – paru karena akumulasi
darah di rongga pleura.
Penatalaksanaan Medis Umum
a.
Pasang selang dada yang dihubungkan dengan sistem
WSD.
b.
Transfusi darah dengan transfusi autolog transfusi
whole blood.
c.
Tindakan terhadap syok.
d.
Oksigen tambahan.
4.
Pneumotoraks Tertutup adalah kolapsnya paru paru tanpa
luka luar.
Penatalaksanaan Medis Umum
a.
Oksigen tambahan
b.
Pasang selang dada yang dihubungkan dengan sistem
WSD.
c.
Untuk pneumotoraks kecil, pasang katup flutter
Heimlich selama transpotasi dari tempat kejadian sampai bagian kedaruratan.
5.
Flail Chest adalah fraktur iga segmental (2 atau lebih
area yang patah pada satu tulang iga yang sama) yang mengakibatkan gerakan paradoks
dinding dada sesuai dengan pernafasan. Tusukan pada paru mengakibatkan
pneumotoraks dan merupakan komplikasi yang paling utama terjadi.
Penatalaksanaan Medis Umum
a.
Tindakan untuk menstabilkan dada :
· Miringkan
pasien pada daerah yang terkena.
· Gunakan bantal
pasir pada dinding dada yang terkena.
b.
Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan
ekspirasi-akhir positif, didasarkan pada kriteria berikut :
· Gejala
konstusio paru
· Syok atau
cidera kepala berat
· Fraktur delapan
atau lebih tulang iga
· Umur diatas 65
tahun
· Riwayat
penyakit paru – paru kronis
c.
Pasang selang dada yang dihubungkan dengan sistem
WSD, bila tension pneumotoraks mengancam
d.
Oksigen tambahan
6.
Konstusio paru adalah memarnya paru – paru akibat tekanan
tiba – tiba yang disebabkan oleh trauma tumpul dada. Pneumonia adalah komplikasi
utama yang dapat terjadi akibat kebocoran plasma ke dalam ruang interstitial
dan alveoli.
Penatalaksanaan Medis Umum
a.
Untuk distres penafasan berat :
·
Intubasi endotrakea dan hubungkan dengan
ventilator mekanis.
·
Batasi pemberian cairan dan gunakan diuretik
untuk pengobatan edema paru
b.
Untuk konstusio ringan :
·
Berikan oksigen lembab
·
Nebulasi uap ultrasonik untuk mengencerkan
sekresi
·
Drainase postural bila pasien tidak mampu batuk
efektif
·
Batasi masukan cairan
·
Analgesik untuk mengontrol nyeri
·
Antibiotik untuk profilaksis pneumonia
·
Batasi kegiatan fisik
7.
Fraktur iga adalah cedera yang serius karena organ organ
yang di bawahnya (jantung, hati, limpa, paru paru, esofagus, diafragma)
beresiko untuk rusak.
Penatalaksanaan Medis Umum
a.
Batasi kegiatan fisik
b.
Analgesik untujk mengontrol nyeri
c.
Pemasangan sabuk elastik iga velcro untuk
menstabilkan fraktur
8.
Kontusio jantung adalah cedera pada miokard akibat trauma
tumpul dada. Gangguan irama jantung dan tamponade jantung adalah komplikasi
utama yang dapat terjadi.
Penatalaksanaan Umum Medis
a.
Oksigen tambahan
b.
Tindakan untuk mengontrol disritmia jantung.
c.
Aspirasi dengan jarum bila terjadi tamponade
jantung; bila perdarahan internal berlanjut diperlukan pembedahan
Rencana keperawatan terintegrasi
untuk semua trauma dada
·
Nyeri
·
Imobilisasi
·
Ventilasi mekanik
·
Syok
·
Selang dada
·
Therapi intravena
Pertimbangan Pulang
·
Perawatan lanjut
·
Tanda dan gejala yang membutuhkan intervensi
medis
·
Perawatan luka dan manifestasi infeksi luka
jika dilakukan pembedahan
·
Obat-obatan yang dilanjutkan dirumah
PENGKAJIAN
DATA DASAR
1.
Adanya faktor – faktor penyebab :
a.
Tension pneumothorax – trauma dada, obstruksi
pada selang dada, penggunaan TEAP ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan
balutan tekan pada luka dada tanpa waktu pelonggaran balutan.
b.
Pneumotoraks tertutup – tusukan pada paru oleh
patahan tulang iga, rupture bleb (vesikel flaksid) yang terjadi sebagai sequel
dari PPOM, tusukan paru dengan prosedur invasif (torasintesis, insersi katter
subklavia), atau penggunaan TEAP dengan ventilasi mekanis.
c.
Kontusio paru (atau kontusio jantung)- cedera
tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa oleh benda berat.
d.
Pneumotoraks terbuka akibat kekerasan (tikaman
dan luka tembak).
e.
Fraktur tulang iga, flail chest – kecelakaan
kendaraan atau tertimpa benda berat.
2.
Pemeriksaan fisik berdasarkan pada survei umum
(Apendiks F) dan suatu pengkajian terhadap sistem pernafasan (apendiks A) dapat
menyatakan :
a.
Pneumotoraks
·
Nyeri dada tajam pada sisi yang sakit sewaktu
bernafas
·
Dispnea dan takipnea
·
Penggunaan otot asesori pernafasan (pelebaran
cuping hidung, retraksi interkostal, pengangkatan bahu)
·
Takikardi
·
Diaforesis
·
Tidak adanya bunyi nafas seirama dengan gerakan
dinding dada yang sama pada daerah yang sakit
·
Gelisah dan agitasi
·
Trakea berpindah / mengarah pada daerah yang
tidak sakit
·
Kemungkinan sianosis
·
Bunyi hipertimpani pada perkusi di atas daerah
yang sakit
·
Syok
·
Luka yang memar pada dada (bila disebabkan oleh
cedera traumatik)
b.
Tension pneumotoraks
·
Distensi vena leher
·
Kemungkinan emfisesma subkutan (sensasi
berpasir terdeteksi melalui palpasi di atas dinding dada disebabkan oleh
terperangkapnya udara di jaringan subkutan)
·
Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks
tertutup
c.
Hemotoraks
·
Pekak dengan perkusi di atas sisi yang sakit
·
Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks
tertutup
d.
Pneumotoraks terbuka
·
Observasi luka dada terbuka terhadap sunyi
seperti hisapan
·
Manifestasi lain seperti pada pneumotoraks
tertutup
e.
Flail chest
·
Sianosis
·
Gerakan dinding dada paradoksial (gerakan kea
rah dalam pada dinding dada yang sakit sewaktu inspirasi dan gerakan kea rah
luar sewaktu ekspirasi)
f.
Fraktur tulang iga
·
Nyeri tekan dan ekimosis di atas sisi yang
sakit
·
Krepitasi
·
Nyeri dada pada pernafasan
·
Luka dan memar pada dada
g.
Konstusio paru (berat)
·
Dispnea dan takipnea
·
Luka memar pada dada
·
Batuk mengeluarkan sputum dengan bercak darah
·
Nyeri dada jenis pleuritik (sakit dada pada
saat bernafas dalam)
·
Takikardi
h.
Kontusio jantung
·
Nyeri dada
3.
Pemeriksaan diagnostik
·
Sinar X dada memastikan kolaps paru, infiltrasi
pulmonal, atau fraktur tulang iga.
·
GDA dapat memperlihatkan peningkatan PaCO2
dan penurunan PaO2.
·
Elektrokardiogram (EKG) dilakukan untuk
mengesampingkan cedera miokard dan untuk mengidentifikasi disritmia khusus bila
nadi teratur.
·
Enzim jantung dapat meningkat 4-6 jam setelah
cedera bila miokard cedera.
4.
Kaji respons emosional pasien dan orang
terdekat terhadap cidera dan tindakan.
5.
Kaji riwayat masalah medis yang menyertai saat pasien
telah stabil, atau dapatkan riwayat medis dari orang terdekat bila informasi
ini vital sebagai antisipasi kemungkinan masalah.
6.
Kaji tanggal terakhir imunisasi tetanus, jika
trauma tembus terjadi.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : KERUSAKAN PERTUKARAN GAS
BERHUBUNGAN
DENGAN FAKTOR :
Trauma dada (jenis spesifik)
BATASAN
KARAKTERISTIK :
Dispne dengan takipnea, sianosis, gerakan dada paradoksial, berkurang atau
takadanya bunyi napas, ronki kasar/halus, hemoptisis, gelisah, kekacauan
mental, GDA abnormal, nyeri dada meningkat bila napas dalam, penggunaan otot
asesori pernapasan, deviasi trakea, bunyi abnormal pada perkusi dada (pekak,
hipertimpanik), batuk tak efektif.
HASIL
PASIEN (kolaboratif) : mendemonstrasikan perbaikan oksigenisasi
KRITERIA
EVALUASI : warna kulit
normal, frekuensi pernafasan 12-2 kali per menit, bernafas tidak menggunakan
otot-otot asesori pernafasan, tak ada dispnea, sadar dan berespon sesuai dengan
perintah, GDA dalam batas – batas normal, bunyi paru bersih, tak ada batuk dan
hemoptisis, posisi trakea di tengah, tak ada nyeri dada saat bernapas, ekspansi
paru lebih penuh dan simetrik.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pantau
·
Status pernafasan (Apendiks A) setiap 2 jam
selama fase akut, setiap 8 jam bila stabil.
·
Masukan dan haluarann setiap 8 jam.
·
Hasil gas darah arteri
·
Pembengkakan leher dan wajah dan distensi
vena – vena setiap 8 jam (bila tension pneumothorax terjadi)
·
Laporan sinar x dada
·
Rekaman EKG
·
Pemeriksaan enzim jantung
·
Keadaan umum (Apendiks F) tiap 8 jam
·
Suara bunyi – bunyian
·
Posisi trakea setiap 4 jam selama fase akut
|
Untuk mengidentifikasi indikasi – indikasi
kea rah kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
|
2.
Pertahankan selalu posisi semi – fowler’s
|
Pengembangan secara penuh dapat dicapai pada
posisitegak sebab gravitasi mengurangi tekanan abdomen pada diafragma.
|
3.
Dorong penggunaan spirometer insensif tiap
2-4 jam. Memberikan control nyeri yang efektif
|
Spirometer insensif membantu pengembangan
alveoli secara penuh, sekaligus mencegah atelektasis. Pasien sering bernapas
dangkal dalam upaya mengurang rasa sakit.
|
4.
Laporankan pembengkakan muka dan atau leher
bila terasa berpasir, sensasi seperti pasir pada palpasi. Pemberian oksigen
sesuai pesananan
|
Hasil ini menghasilkan emfisema subkutan,
kondisi yang disebabkan oleh ekstravasasi udara ke dalam jaringan subkutan.
Ini dapat terjadi pada tension pneumothorax. Konsentrasi oksigen yang tinggi
mempercepat penyerapan udara yang terperangkap dalam jaringan subkutan.
|
5.
Beritahu dokter segera jika ditemukan tanda
tanda sebagai berikut
·
Meningkatnya distress pernapasan
·
Pembengkakan leher dan wajah yang
mempengaruhi pernapasan
·
Perubahan auskultasi (dari normal ke
abnormal) pada dada dan bunyi jantung
·
Menurunnya nadi distal disertai dengan gejala
syok hipovolemik
·
Triad Beck’s (hipotensi disertai dengan bunyi
redup, bunyi jantung jauh dan distensi vena leher)
·
Penurunan tingkat kesadaran
·
Perubahan kualitas suara bunyi dari bersih ke
serak
·
Pergeseran trakea dari posisigaris tengah ke
posisi yang tak sakit
·
Cairan pada system drainase berwarna empedu
·
Peningkatan nyeri yang tak hilang dengan
analgesic
Siapkan
pasien untuk mengikuti program terapi sesuai dengan kebijakan dan prosedur,
sebagai contoh, pemasangan selang endotrakeal, ventilasi mekanik (hlm, 94),
perikardiosentesis, pemasangan selang dada (hlm. 73, pembedahan
|
Tanda komplikasi ini dan kebutuhan intervensi
urgen untuk mencegah kerusakan yang tak dapat pulih. Triad beck’s merupakan
tanda adanya tamponade jantung, komplikasi yang berhubungan dengan luka tusuk
atau cedera tumpul pada jantung. Ventilasi mekanis memberikan bantuan
pernapasan sampai pasien dapat bernapas sendiri. Selang dada mengeluarkan
udara dan cairan dari rongga pleura sehingga memungkinkan paru dapat
mengembang kembali. Perubahan trakea
dari posisi normal ke garis tengah ke sisi yang sakit, menandakan adanya
perpindahan mediastinal, tanda pada tension pneumothorax. Getah lambung yang
bocor ke rongga toraks karena robekan esofagus, memberikan pembersihan
drainase dada yang berwarna empedu. Pembedahan diperlukan untuk memperbaiki
struktur yang sobek.
|
6.
Anjurkan untuk berhenti merokok
|
Merokok mengakibatkan vasokonstriksi yang
mempengaruhi pertukaran 02/CO2
|
7.
Laporkan disritmia jantung pada dokter. Ikuti
protocol fasilitas dan prosedur bila disritmia terdeteksi.
|
Disritmia jantung dapat menunjukan tanda
adanya kerusakan pada miokard atau gangguan keseimbangan elektrolit. Adanya
gangguan irama jantung yang menetap mengakibatkan gangguan pada curah
jantung. Manifestasi syok dari ringan sampai sedang dapat dilihat pada meningkatnya
frekuensi jantung, menurunnya tekanan darah (TD) dan penurunan haluaran urin.
|
8.
Konsul dokter untuk rujukan ke ahli terapi
pernapasan bila kongesti pulmonal terjadi. Evaluasi respons pasien terhadap
tindakan tindakan pulmonal khusus, seperti nebulasi atau fisioterapi dada.
|
Ahli terapi pernapasan adalah spesialis pada
modalitas terapeutik pernapasan.
|
9.
Jika sabuk iga elastic digunakan, jelaskan
bahwa ini menstabilkan kerangka iga. Ajarkan dan mungkinkan pasien untuk
mempraktikan penggunaan sabuk iga sendiri.
|
Kepatuhan ditingkatkan bila pasien mengerti
program terapeutik.
|
10.
Gunakan pompa infuse untuk pemberian semua
cairan intravena. Jika gejala edema paru terjadi kurangi kecepatan aliran IV,
batasi masukan cairan, dan konsul dokter dengan segera. Beri terapi diuretic
sesuai pesanan dan evaluasi keefektifannya.
|
Pompa infuse memungkinkan control kecepatan
infuse lebih baik untuuk mencegah kelebihan beban cairan tiba – tiba. Edema
paru adalah ancaman utama pada pasien dengan trauma dada.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : ANSIETAS
BERHUBUNGAN
DENGAN FAKTOR : Kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik,
rencana pengobatan, tindakan terhadap ketidakmampuan yang permanen dan ancaman
kematian
BATASAN
KARAKTERISTIK : menyatakan kurang mengerti, meminta informasi, melaporkan
merasa cemas atau gugup, gelisah, ekspresi wajah tegang.
HASIL
PASIEN : Mendemonstrasikan berkurangnya ansietas.
KRITERIA
EVALUASI : Melaporkan perasaan berkurangnya cemas atau gugup; ekspresi wajah
rileks; mengungkapkan pemahaman terhadap kondisi, tindakan, dan pemeriksaan
diagnostic.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Memberikan informasi tentang :
a.
Sifat kondisi (setelah kondisinya stabil)
b.
Tujuan pengobatan yang diprogramkan.
c.
Pemeriksaan diagnostic, meliputi :
·
Tujuan
·
Gambaran pemeriksaan secara singkat
·
Persiapan yang diperlukan sebelum pemeriksaan
·
Perawatan setelah pemeriksaan.
|
Mengetahui apa yang diharapkan dari tindakan
medis dapat mempermudah penyesuaian pasien dan membantu menurunkan ansietas
yang berhubungan dengan tindakan medis tersebut.
|
2.
Berikan control nyeri yang efektif
|
Nyeri sering mencetuskan ansietas
|
3.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
ketakutannya. Koreksi kesalahan persepsi. Dorong pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan pikirannya. Pertahankan pemberian informasi tentang kemajuan
kemajuan kondisi pasien kepada keluarganya. Izinkan mereka untuk mengunjungi
dan memberikan dorongan emosional kepada pasien.
|
Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik
membantu meminimalkan perasaan berlebihan terhadap suatu ancaman. System
pendukung yang kuat sangat penting untuk membanntu koping individu terhadap
penyakitnya.
|
DIAGNOSTIK
KEPERAWATAN : NYERI
BERHUBUNGAN
DENGAN : Trauma dada
BATASAN
KARAKTERISTIK : Menyatakan merasa tidak nyaman, menjaga dada, pernapasan
dangkal, wajah meringis, merintih.
HASIL
PASIEN : Mendemonstrasikan hilang dari nyeri
KRITERIA
EVALUASI : Menyangkal nyeri, eksprsi wajah rileks, ekspansi dada penuh, tidak
ada suara merintih, berkurangnya permintaan analgesik
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Lihat nyeri (hlm. 694)
2.
Pertahankan posisi semi fowlers atau
fowler’s. hindarkan memiringkan badan pada sisi yang mengalami trauma
(kecuali jika ada flail chest).
|
Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih
mudah dimana tekanan abdominal pada diafragma diturunkan oleh tarikan
gravitasi. Berbaring pada sisi yang sakit membuat tegangan pada sisi yang
cedera.
|
3.
Pertahankan pembatasan aktivitas sesuai
anjuran. Berikan tindakan untuk mencegah komplikasi dari imobilisasa (hlm
719)
|
Pembatasan aktivitas fisik menghemat energy
dan mengurangi rasa tidak nyaman karena ketegangan otot.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : RESIKO TINGGI INFEKSI
BERHUBUNGAN
DENGAN FAKTOR : Tertahannya sekresi paru, kerusakan system pulmonal sekunder
terhadap trauma dada, penggunaan alat – alat pernapasan.
BATASAN
KARAKTERISTIK : Sinar x dada menunjukan atelektasis, penurunan bunyi napas,
batuk basah dengan batuk tak efektif, ronki kasar, peningkatan suhu,
peningkatan sel darah putih (SDP)
HASIL PANEN
: Bebas dari infeksi
KRITERIA
EVALUASI : Suhu 37oC, paru bersih pada auskultasida sinar x,
menyangkal batuk produktif, SDP antara 5000 – 10000/mm3.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Pantau
·
Suhu tubuh setiap 4 jam
·
Hasil sinar x dada dan laporan jumlah darah
lengkap (JDL)
·
Warna dan konsistensi sputum
·
Kemampuan batuk secara efektif
·
Penampilan luka
|
Untuk mengidentifikasi tanda – tanda kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
|
2.
Memberikan antibiotic sesuai pesasnan dan
evaluasi keefektifannya. Beri tahu dokter jika timbul efek merugikan terjadi.
Bandingkan seluruh obat – obatan yang diberikan untuk menegah interaksi antar
obat yang merugikan.
|
Antibiotic diperlukan untuk mengatasi masalah
infeksi. Obat – obat ini sering diberikan secara profilaktik untuk penjagaan
terhadap infeksi
|
3.
Berikan imun globulin tetanus manusia
(HyperTet) sesuai pesanan jika riwayat imunisasi tidak adekuat.
|
Adanya luka akibat cedera tembus
dipertimbangkan sebagai luka terkontaminasi. Imunisasi tetanus dianjurkan
tiap sepuluh tahun.
|
4.
Dapatkan specimen untuk kultur (sputum atau
luka) dan konsul dokter dengan segera bila hal berikut terjadi;
a.
Pneumonia – batuk menetap disertai menggigil,
demam, sakit kepala, dan meningkatnya nyeri dada.
b.
Infeksi luka – kemerahan, meningkatnya nyeri
tekan, demam, dan dranase purulen
|
Pneumonia dan infeksi merupakan ancaman yang
paling besar pada pasien dengan cedera dada. Terapi antibiotic diperlukan
untuk mengatasi infeksi. Terapi antibiotic yang tepat teridentifikasi oleh
kultur specimen.
|
5.
Cegah tenaga kesehatan yang menderita infeksi
saluran nafas atas, seperti flu, untuk berhubungan dengan pasien trauma dada.
Ikuti selalu kewaspadaaan umum seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan dan mengenakan sarung tangan ketika kontak
dengan darah atau cairan tubuh.
|
Untuk mencegah infeksi nosokomial. Pemberian
pelayanan kesehatan merupakan sumber infeksi nosokomial yang paling umum.
Pasien dengan trauma dada telah mengalami imunosupresi karena c
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN : RESIKO TINGGI KERUSAKAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN RUMAH
BERHUBUNGAN
DENGAN : Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pulang,
ketidakcukupan keuangan, tidak adekuatnya system pendukung
BATASAN
KARAKTERISTIK : Menyatakan kurang pemahaman, meminta informasi, mengelukan
masalah tentang tingginya pengeluaran atau krisis keuangan, meminta bantuan
dalam melakukan prosedur tertentu
HASIL
PASIEN (kolaboratif) : Mendemonstrasikan cara mengatur aktivitas dirumah
KRITERIA
EVALUASI : Menyatakan pemahaman instruksi pulang, melakukan aktivitas perawatan
diri secara mandiri dan dengan benar, mengungkapkan pemahaman tentang tanda dan
gejala yang memerlukan perhatian medis, menyatakan pemahaman tentang obat –
obatan untuk digunakan dirumah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Yakinkan pasien atau orang terdekat mempunyai
catatan tentang :
a.
Perjanjian untuk perawatan lanjut
b.
Instruksi untuk melakukan perawatan diri
dirumah
c.
Obat – obatan yang harus dilanjutkan dirumah,
meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal pemberian dan efek yang dapat
dilaporkan.
d.
Nomor telepon dokter yang dapat dihubungi
jika timbul masalah.
|
Instruksi verbal sangat mudah dilupakan.
|
2.
Tinjau kembali pembatasan aktifitas yang
dianjurkan. Instruksikan pasien untuk mencari pertolongan medis jika terjadi
hal hal sebagai berikut :
·
Peningkatan dispnea, nyeri dada berulang,
demam, batuk produktif menetap.
·
Infeksi luka (kemerahan, peningkatan nyeri
tekan, drainase, demam)
|
Tanda – tanda distress pernapasan ini
menandakan kebutuhan evaluasi lanjut. Antibiotic diperlukan untuk mengatasi
infeksi.
|
3.
Instruksikan pasien untuk melakukan istirahat
dalam sehari dan menghindari terlalu lelah. Tinjau kembali instruksi yang
diberikan oleh dokter. Bila perawatan luka dilakukan :
·
Berikan sedikitnya bahan perawatan luka untuk
tiga hari.
·
Ajarkan dan demonstrasikan teknik perawatan luka
yang tepat serta ijinkan pasien mendemonstrasikan.
·
Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum
dan sesudah merawat luka.
|
Penyuluhan untuk pulang membantu memperbaiki
kepatuhan pasien.
|
4.
Yakinkan pasien mempunyai resep analgesic
untuk dirumah
|
Nyeri ringan dapat berlanjut selama beberapa
hari, yang dapat dengan mudah dikontrol dengan analgesic non narkotik.
|
5.
Evaluasi pengertian pasien tentang instruksi
perawatan yang harus dilakukan dirumah. Dorong pasien untuk bertanya dan
klarifikasi jika ada salah pengertian.
|
Evaluasi sangat penting untuk menentukan
apakah pasien dan keluarganya mengerti tentang informasi yang sudah
diberikan. Kegagalan untuk mengerti instruksi dan informasi yang diberikan
merupakan penyebab utama ketidakpatuhan.
|
6.
Evaluasi kebutuhan pasien akan bantuan
keuangan atau bantuan pelayanan perawatan dirumah disesuaikan dengan program
pengobatannya. Lakukan perujukan ke pelayanan social atau bagian perencanaan
pasien pulang jika pasien tidak mampu melaksanakn tindakan perawatan diri
yang diperlukan di rumah, tidak mempunyai keluarga yang dapat memberikan
bantuan, atau bantuan keuangan yang diperlukan, untuk membeli persiapan alat
alat dan obat - obatan
|
Tergantung pada fasilitas yang ada, bagian
tersebut dapat mengatur kelanjutan pelayanan perawatan yang diperlukan oleh
pasien. Hal tersebut meliputi menghubungi organisasi yang ada di masyarakat
dan pelayanan yang dapat memberikan bantuan pelayanan medis yang diperlukan
pasien, pelayanan penunjang dan atau bantuan keuangan yang diperlukan untuk
mempertahankan pelayanan di rumah.
|
0 Response to "Macam Macam Trauma Dada Dan Penatalaksanaannya."
Post a Comment