Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Skin Graf
Latar Belakang Masalah
Bedah tandur alih kulit/cangkok kulit (transplantasi kulit) pada
pasien yang mengalami kerusakan kulit akibat luka bakar atau kecelakaan.
Istilah bedah rekonstruksi untuk pada masyarakat umum sering salah diartikan
atau salah ditafsirkan dengan bedah estetik atau bedah kosmetik, yang
sebenarnya merupakan tindakan bedah yang bertujuan merubah sesuatu yang pada
hakekatnya normal namun ingin merubahnya menjadi sesuatu yang diinginkan.
Contoh bedah estetik antara lain yaitu isap-lemak (liposuction) dan pembedahan
mengencangkan kulit.
Tandur alih/cangkok kulit umumnya merupakan auto-transplantasi
dimana kulit yang digunakan berasal dari individu yang sama. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk meningkatkan keberhasilan tindakan bedah yang dilakukan
untuk mengurangi seminimal mengkin reaksi penolakan yang dapat timbul. Metode
baku yang digunakan dalam cangkok kulit, yaitu split cangkok kulit,
transposisi, flap bertangkai, dan cangkok jaringan bebas.
Split cangkok kulit (skin grafting) merupakan cangkok lapisan
epidermis kulit yang dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat
berasal dari bagian mana saja dari tubuhnya, namun lazimnya berasal dari daerah
paha, pantat, punggung, atau perut. Permukaan kulit dapat diperluas dengan
membuat irisan-irisan yang bila direnggang akan membentuk jala, sehingga
luasnya mencapai 1,5 kali hingga 6-9 kali luas semula. Teknik cangkok jala ini
disebut mesh dan biasanya digunakan pada luka bakar yang luas. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan beberapa persyaratan antara
lain, pendarahan pada daerah resipien (daerah yang pendapat kulit cangkokan)
harus baik, tidak adanya infeksi, dan keadaan umum penderita.
Definisi
Skin Graf
Graft adalah jaringan
hidup yang dicangkokkan, misalnya kulit, tulang, sumsum tulang, kornea dan
organ-organ lain seperti ginjal, jantung, paru-paru, pankreas serta hepar
(Brooker, 2001:184).
Skin graft adalah menanam kulit
dengan ketebalan tertentu baik sebagian maupun seluruh kulit yang diambil atau
dilepaskan dari satu bagian tubuh yang sehat (disebut daerah donor) kemudian
dipindahkan atau ditanamkan ke daerah tubuh lain yang membutuhkannya (disebut
daerah resipien) (Heriady,2005).
Skin graft adalah
penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka ( Blanchard, 2006:1).
Skin graft merupakan pencangkokan lapisan epidermis kulit yang
dapat dipindahkan secara bebas. Kulit yang digunakan dapat berasal dari bagian
mana saja dari tubuh, namun lazimnya berasal dari daerah paha, pantat, punggung
atau perut.( Harnawati,2008 )
Tujuan Skin Graf
Tujuan dilakukan skin graft adalah :
a. Tujuan
umum :
Untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat
kecelakaan.
b. Tujuan
khusus :
1)
Mempercepat
penyembuhan luka
2)
Mencegah
kontraktur
3)
Mengurangi
lamanya perawatan
4)
Memperbaiki
defek yang terjadi akibat eksisi tumor kulit
5)
Menutup
daerah kulit yang terkelupas dan menutup luka dimana kulit sekitarnya tidak
cukup menutupinya (Harnawati, 2008)
Klasifikasi
Macam-macam
skin graft menurut Lin Blanchard dan Lumsden (2006) antara lain:
a.
Autograft
Pemindahan
atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang yang sama.
b.
Allograft
Kulit
berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.
c.
Xenograft
Pencangkokkan
dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua spesies yang berbeda.
Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.
Klasifikasi
skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi 2 yaitu:
a.
Split
Thicknes Skin Graft ( STSG )
STSG
mengambil epidermis dan sebagian dermis berdasarkan ketebalan kulit yang
dipotong, Revis (2006) membagi STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :
1)
Tipis
(0,005 - 0,012 inci)
2)
Menengah
(0,012 - 0,018 inci)
3)
Tebal
(0,018 - 0,030 inci)
Keuntungan
STSG antara lain:
1)
STSG
digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan lapisan
mukosa, menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot.
2)
STSG
juga dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi
sebelumnya harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan
rekonstruksi yang akan dilakukan.
3)
Daerah
donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan oleh sisa
epidermis yang ada pada tubuh.
Dampak
negative STSG antara lain:
1)
Aliran
pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah
terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari
dengan jaringan lunak
2)
STSG
tidak tahan dengan terapi radiasi
3)
STSG
akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih
atau pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna
kulit yang lebih gelap.
4)
Dapat
kehilangan ketebalan kulit, tekstur lembut yang abnormal, kehilangan
pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak normal sehingga kurang sesuai dari
segi kosmetik atau keindahan.
5)
Luka
yang dibuat pada daerah donor dimana graft tersebut dipotong selalu akan lebih
nyeri daripada daerah resipien. (Yusuf Heriady, 2005)
Ada
beberapa tahap pelaksanaan prosedur skin graft dengan jenis STSG, antara lain:
1)
Pemotongan
Untuk
memperoleh hasil pemotongan terbaik pada graft tentunya harus ditunjang dengan
teknik pemotongan yang benar. Pemotongan pada STSG dapat ditempuh dengan
beberapa cara yaitu:
a)
Mata
pisau dermatom
Biasanya teknik ini menggunakan mata pisau dermatom, yang mampu
memotong pada graft yang luas dengan ketebalan yang sama. Dermatom dapat
dioperasikan dengan tenaga udara atau manual. Dermatom yang biasa digunakan
termasuk Castroviejo, Reese, Padgett-Hood, Brown, Davol-Simon, dan Zimmer.
Tanpa memperhatikan alat yang digunakan, anestesi yang cukup harus segera
ditentukan karena pemotongan pada skin graft merupakan prosedur yang dapat menyebabkan
nyeri. Lidocain dengan epinefrin disuntikkan ke daerah donor untuk mengurangi
hilangnya darah dan memberikan turgor kulit yang bagus sehingga dapat membantu
dalam pemotongan.
b)
Drum
Dermatom
Drum dermatom ( Reese, Padgett-Hood ) akhir-akhir ini jarang
digunakan tetapi masih tersedia untuk keperluan pemindahan kulit tertentu. Alat
ini memiliki mata pisau yang bergerak dengan tenaga manual seperti drum yang
berputar diatas permukaan kulit. Alat ini dapat digunakan lembaran kulit yang
luas dengan ketebalan yang tidak teratur. Ini sangat berguna pada daerah donor
dengan kecembungan, kecekungan atau keadaan tulang yang menonjol (leher,
panggul, pantat), karena potongan kulit yang pertama menempel pada drum dengan
menggunakan lem khusus atau plester pelekat. Alat ini juga dapat mengikuti pola
yang tidak teratur dengan tepat untuk dipotong dengan perubahan pola yang
diinginkan dengan direkatkan pada kulit dan drum. Kerugian dari penggunaan alat
ini adalah kemungkinan terjadinya cedera pada operator sendiri akibat ayunan
mata pisau, penggunaan agen yang mudah terbakar seperti eter atau aseton untuk
membersihkan daerah donor dan memindahkan permukaan minyak untuk memastikan
terjaminnya perlekatan yang kuat antara kulit dan drum dermatom serta
diperlukannya teknik keahlian yang tinggi agar dapat menggunakan peralatan
operasi dengan aman dan efektif
c)
Free-Hand
Metode pemotongan lain untuk jenis STSG adalah free hand dengan
pisau. Meskipun ini metode ini dapat dilakukan dengan pisau bedah, alat yang
lain seperti pisau Humby, mata pisau Weck dan pisau Blair. Kelemahan dari
metode ini adalah tepi graft menjadi tidak rata dan perubahan ketebalan. Sama
seperti drum dermatom, keahlian teknik sangat diperlukan dan perawatan kualitas
graft lebih bergantung pada operator daripada menggunakan dermatom yang
menggunakan tenaga listrik atau udara.
d)
Dermatom
dengan tenaga udara dan listrik
Bila menggunakan dermatom jenis ini, ahli bedah harus terbiasa
dengan pemasangan mata pisau dan bagaimana mengatur ketebalan graft serta
memeriksa peralatan sebelum operasi dimulai. Terdapat dua pemahaman yang tepat
dan kurang tepat mengenai mata pisau. Hal ini akan membingungkan bagi anggota
ruang operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan mata pisau bedah nomor 15
digunakan pada ketebalan 0,015 inci dan dapat digunakan untuk memeriksa
penempatan ketebalan yang sama dan tepat.
Langkah awal pada proses pemotongan adalah dengan mensterilisasi
daerah donor menggunakan betadine atau larutan garam yang lain. Kemudian daerah
donor diberi minyak mineral untuk melicinkan kulit dan dermatom sehingga
dermatom akan mudah bergerak diatas kulit. Dermatom dipegang dengan tangan
dominan dengan membentuk sudut 30-45º dari permukaan daerah donor. Tangan yang
tidak dominan berfungsi sebagai penahan dan diletakkan di belakang dermatom.
Asisten operasi bertugas sebagai penahan pada bagian depan dermatom, memajukan
dan mengaktifkan dermatom dengan lembut serta melanjutkan gerakan pada seluruh
permukaan kulit dengan tekanan yang menurun dengan lembut. Setelah ukuran yang
sesuai dipotong, dermatom dimiringkan menjauhi kulit dan diangkat dari kulit
untuk memotong tepi distal graft dan tahap pemotongan selesai. Bila pada proses
pemotongan terjadi pembukaan pada lapisan lemak, ini mengindikasikan bahwa
insisi yang dilakukan terlalu ke dalam atau mungkin karena teknik yang salah
dalam pemasangan dermatom.
2)
Pelubangan
Teknik ini berguna untuk memperluas permukaan area graft hingga 9
kali permukaan area donor. Teknik ini juga sangat berguna jika kulit donor tida
cukup untuk menutup area luka yang luas, misalnya pada luka bakar mayor atau
ketika daerah resipien memiliki garis yang tidak teratur. Bagian graft
dilubangi agar cairan pada luka dapat keluar melalui graft daripada
berakumulasi dibawah graft. Perluasan bagian graft ini tidak akan dapat
mengatasi adanya hematom pada dasar graft. Bila telah mengalami proses
penyembuhan, graft akan tampak seperti kulit buaya. Karena teknik ini kurang
baik dari segi estetika dan terjadinya pengerutan yang lebih lanjut, maka
penggunaan teknik ini harus dihindari pada daerah pergerakan dan wajah, tangan
dan area lain yang terlihat.
3)
Pemasukan
graft
Setelah graft dipotong, tindakan selanjutnya adalah mengamati
hemostasis. Setelah semuanya sempurna, kemudian graft ditempatkan pada dasar
luka. Pada tahap ini perhatian harus difokuskan pada sisi bawah kulit. Meskipun
terlihat sederhana dan nyata, dermis dan epidermis kadang tampak serupa bila
tidak dilakukan inspeksi dengan sangat dekat dan teliti pada kulit individu
yang berwarna terang. Perawatan juga harus dilakukan untuk mencegah pengkerutan
atau peregangan yang berlebihan pada graft. Graft harus benar-benar diletakkan
dengan benar pada daerah resipien untuk menjamin perlekatan dasar serta proses
penyembuhan. Tahap ini diakhiri dengan penjahitan atau penggunaan staples untuk
menjaga agar graft menempel kuat pada kulit disekitar dasar luka. Staples
sangat berguna untuk luka yang lebih dalam daripada permukaan kulit sekitarnya.
Efek dari penggunaan staples adalah rasa nyeri yang hebat dan dapat mengganggu
perlekatan graft pada luka ketika dilakukan pengambilan kira-kira 7 – 10 hari
setelah operasi.Kemampuan penyerapan benang juga perlu diperhatikan. Biasanya
benang dengan empat sudut digunakan untuk menahan graft dengan beberapa
pertimbangan, kemudian penjahitan dilakukan disekitar perifer. Ini membantu
sebagai jalan keluar pertama jarum melewati graft kemudian melalui margin
disekitar luka untuk mencegah pengangkatan graft dari dasar luka.
4)
Pembalutan
Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang sama pada
seluruh area graft tanpa adanya perlekatan. Pembalutan juga bertujuan untuk
mengimobilisasikan area graft dan mencegah pembentukan hematom pada bagian
bawah graft. Pembalutan awal dilakukan pada daerah resipien segera setelah
pemindahan kulit dilakukan dan baru diganti setelah 3 hingga 7 hari berikutnya.
Pembalutan yang baru dapat dilakukan pada seluruh daerah graft hingga skin
graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi donor ditempatkan langsung lembaran
kasa yang halus dan tidak melekat. Kemudian diatasnya dipasang kasa absorben
untuk menyerap darah atau serum dari luka. Kasa selaput (seperti Op-Side) dapat
digunakan untuk memberikan manfaat tertentu, yaitu kasa ini bersifat transparan
dan memungkinkan pemeriksa untuk melihat luka tanpa menggangu kasa pembalutnya
semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi karena kasa pembalut
tersebut tidak menyerap air. Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadi
selanjutnya adalah regenerasi termasuk pertumbuhan kembali rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea. Pada prosedur STSG, kelenjar keringat tidak akan
dapat sembuh secara total sehingga akan berdampak pada masalah pengaturan
panas. Tidak adanya kelenjar sebasea pada kulit dapat menyebabkan kulit menjadi
kering, gatal dan bersisik. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya dilakukan
pemberian lotion dengan frekuensi sering.( Ajat, 2009 )
b.
Full
Thickness Skin Graft ( FTSG )
FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada wajah bila flap
(potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak diperoleh
atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga
karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna, tekstur atau susunan,
dan ketebalan bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit
pengerutan selama penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta
tangan dan juga daerah pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih
disukai karena dapat tubuh dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa
keuntungan antara lain : relatif sederhan, tidak terkontaminasi atau bersih,
pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang baik dan tidak mempunyai tingkat
aplikasi yang luas seperti STSG. (Yusuf Heriady, 2005)
Daerah Donor Skin Graf
Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan
pada daerah resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik
kulit pada daerah donor akan lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada
tempat yang baru. Ketebalan, tektur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus
sangat diperhatikan (Revis, 2006:4).
Menurut Heriady (2005),
daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah
atau diatas tulang selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan
lipat siku. Sebagian besar daerah donor ini sering dipakai untuk menutup luka
pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah
sebaiknya harus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik.
Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi
tangan dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan
penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang
lebih gelap diperoleh dari preposium (kulup), scrotum, dan labia minora (Rives,
2006:5).
Daerah donor untuk STSG
dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh seperti perut, dada, punggung,
pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang sering dilakukan diambil
dari kulit daerah paha (Heriady, 2005:2).
Daerah donor dari paha
lebih disukai karena daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh (Bakar,
2003:1). Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai daerah donor, tetapi
biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan bantuan
untuk merawat luka.
Menurut Rives(2006), kulit kepala
dapat digunakan pada prosedur FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan
terutama berguna untuk luka bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor
yang terbatas. Untuk luka pada tangan,
daerah lengan atas bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah
donor.
Daerah Resipien Skin Graft
Komponen penting yang
menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada daerah resipien. Kondisi
fisiologis pada daerah resipien harus mampu menerima serta memelihara graft itu
sendiri.Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan yang tidak
dialiri darah. Skin graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum,
perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan granulasi.
Pasien dengan luka
akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau ketidakcukupan arteri perlu
untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graft dapat bertahan hidup (Rives,
2006:5).
Luka juga harus bebas
darijaringan yang mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih
dari 100.000/cm² akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal.
Komplikasi
Skin graft banyak
membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam tergantung dari jenis luka
dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain
(Blanchard, 2006:2):
1. Kegagalan graft
Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan karena sejumlah
alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang
baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya
hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada
graft dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang
tinggi pada graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan
yang lain diantaranya adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan
vaskularisasi yang kurang atau permukaan luka yang terkontaminasi merupakan
alasan terbesar bagi kegagalan graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan
merangsang dikeluarkannya enzim proteolitik dan terjadinya proses inflamasi
pada luka sehingga akan mengacaukan perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang
salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft. Memberikan penekanan yang terlalu
kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada saat melakukan penanganan
dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun seluruhnya.
2. Reaksi penolakan terhadap skin graft
3. Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.
4. Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.
5. Munculnya jaringan parut
6. Hiperpigmentasi
7. Nyeri
Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft
atau juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ
(Long, 1996:60).
Hal ini diduga bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan
sensasi nyeri menjadi mampu menstransmisikan sensasi nyeri (Smeltzer,
2002:214).
Reseptor nyeri yang merupakan
serabut saraf mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel
rambut, kelenjar keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan
macam-macam asam yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor
berespon mengantar impuls ke batang otak untuk merespon rasa nyeri.
8. Hematom
Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom
biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka
kulit donor harus diambil dan diganti dengan yang baru (Perdanakusuma, 2006:1).
9. Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft
Masa Penyembuhan
Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
a. Perlekatan
dasar
Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan
fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar
jaringan telah benar-benar terjadi.
b. Penyerapan
Plasma
Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi pada
graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka
dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui
pembuluh darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada
pembuluh darah graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini
merupakan respon terhadap kelangsungan hidup graft selama 2-3 hari hingga
sirkulasi benar-benar adekuat. Selama tahap ini berlangsung, graft akan
mengalami edema dan beratnya akan meningkat
hingga 30-50%.
c. Revaskularisasi
Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft
dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi
pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6-7 setelah operasi. Tanpa
adanya perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan
mampu bertahan hidup.
d. Pengerutan
luka
Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan
masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan
tingkat keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan
terjadinya ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk
melawan terjadinya pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang
digunakan sebagai graft.
e. Regenerasi
Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan
kulit berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih
sedikit pada daerah graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan
sangat gatal pada tahap ini. Pasien sering mengeluhkan kulit yang tampak
kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan diberikan pada pasien untuk membantu
dalam menjaga kelembaban pada daerah graft dan mengurangi gatal.
f. Reinnervasi
Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang
perifer. Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral.
Proses ini biasanya akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan
sempurna hingga beberapa tahun.
g. Pigmentasi
Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi
yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat
lebih pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak
bercahaya atau mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan
untuk melindungi daerah graft dari sinar matahari secara langsung selama 6
bulan atau lebih.( Harnawati, 2008 )
Indikasi Skin Graf
Skin graft dilakukan pada pasien
yang mengalami kerusakan kulit yang hebat sehingga terjadi gangguan pada
fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi,
biopsi, luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit
yang luas. Penempatan graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi,
melindungi jaringan yang ada di bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan.
Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada
beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang
ada pada tubuh.
Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang
luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada
disekitarnya dan memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat
tertutup sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung secara optimal.(
Zipamai, 2012 )
Prosedur Perawatan Luka dan Perawatan Skin Graf
a.
Urutan
perawatan luka
1)
Buka
balutan dengan pemberian NaCl bila balutan kering atau lengket.
2)
Luka
dicuci dengan cairan savlon 1% kemudian dibilas NaCl 0,9%
(normal salin).
(normal salin).
3)
Keringkan
dengan kasa steril
4)
Beri
zalk silver sulfadiazine pada luka (0.5 cm)
5)
Tutup
dengan menggunakan gaas steril.
b.
Perawatan
luka pada donor
1)
Luka
pada bagian donor tidak boleh tergeser dan boleh bergerak
bebas
bebas
2)
Bila
menggunakan Bioskin buka pada hari ketiga. Jika bioskin kering bersihkan dengan
savlon 1% dan biarkan bioskin tetap menempel dan tutup dengan gaas steril.
3)
Amati
tanda-tanda infeksi, bila ada bau busuk, bengkak, nyeri tekan,
4)
lepaskan
bioskin dan berikan sufratulle dan zalf AB kemudian tutup gaas steril, rawat
setiap hari.
5)
Luka
donor yang hanya diberi sufratulle, buka balutan setelah 2 minggu post operasi.
Bila luka bersih, rawat luka 2 hari sekali.
c.
Perawatan
skin graft
1)
Bagian
skin graft tidak boleh dibuka sebelum hari kelima, kecuali ada tanda infeksi
segera buka.
2)
Buka
balutan harus sangat hati-hati.Kering atau lengket basahi NaCl jangan
dipaksakan, tekan skin graft agar tetap menempel gunakan 2 buah pinset, 1untuk
menekan dan yang lainnya untuk melepaskan. Jika terjadi perdarahan tekan daerah
tersebut sampai perdarahan berhenti dan laporkan jika berlanjut.
3)
Bersihkan
skin graft dengan savlon 1%.
4)
Bila
ada tanda infeksi (merah,bengkak,bau,pus). Pus dibersihkan dengan bethadine.
5)
Jika
cairan terkumpul di bawah graft, buatlah gulungan gaas steril dan gulung
perlahan-lahan gulungan gaas ke arah tepi.
6)
Tutup
dengan gaas steril dan elastis verban.
7)
Ganti
verban setiap hari, jika ada stepler dibuka pada hari ketujuh dan buka jahitan
pada hari ke 14.
8)
Perhatikan
jika terjadi hipertropi jaringan (pemakaian elastis verban).
9)
Rehabilitasi
latihan latihan setelah skin graft benar-benar lengket.(Harnawati, 2008)
Pemeriksaan Diagnostik
a)
LED
: Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi
b)
Hitung
darah lengkap/diferensial : peninggian dan “perpindahan kekiri” diduga proses
infeksi
c)
Pletismografi
: mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran
darah arterial
d)
Ultrasound
Dropler : untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
e)
Tekanan
O2 Transkutaneus : memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil
dalam keterlibatan ekstremitas
f)
SDP
: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka
dan respon inflamasi terhadap cedera
g)
Elektrolit
serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan,
kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal
h)
Glukosa
Serum : Peningkatan menunjukkan respon terhadap stress
i)
Albumin
serum : rasio albumin/globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan
protein pada edema cairan
j)
BUN
/ Kreatinin : dapat meningkat akibat cedera jaringan
k)
Kultur
luka : mengidentifikasi adanya infeksi , dan organisme penyebab
l)
Fotografi
area luka : catatan untuk penyembuhan luka/ skin loss (Harnawati, 2008)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang akan dilakukan lebih berfokus pada
keadaan kulit pasien antara lain:
a.
Kaji keadaan umum kulit meliputi warna, suhu,
kelembaban, kekeringan, tekstur kulit, lesi, vaskularitas, mobilitas dan
kondisi rambut serta kuku. Turgor kulit, edema yang mungkin terjadi dan
elastisitas kulit dinilai dengan palpasi.
b.
Kaji sirkulasi pada kulit, dengan tujuan untuk
memperoleh data apakah telah terjadi komplikasi akibat pemasangan graft dan
untuk memantau kelangsungan hidup graft pada daerah resipien. Bila graft
berwarna merah muda, hal ini menunjukkan terjadinya proses vaskularisasi. Warna
kebiruan pada sianosis menunjukkan terjadinya hipoksia seluler atau sel
kekurangan oksigen dan mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku, bibir serta
membran mukosa
Diagnosa Keperawatan
1.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan (kehilangan
integritas jaringan).
2.
Nyeri
berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak, imobilisasi, stress, ansietas.
3.
Resiko
tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi
aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus,
hipovolemia.
4.
Resiko
tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah atau
emboli lemak, perubahan membran alveolar atau kapiler.
5.
Gangguan
mobilitas berhubungan dengan nyeri
6.
Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit atau jaringan donor berhubungan
dengan skin graf dan mobilisasi.
7.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah informasi atau tidak mengenal sumber informasi.
8.
Gangguan
pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi.
9.
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan skin loss atau skin graf
10.
Ansietas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Intervensi Keperawatan
a.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan inkontuinitas jaringan (kehilangan
integritas jaringan)
Tujuan:
Mencegah
terjadinya infeksi untuk mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase
purulen atau eritema dan demam.
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau TTV dan tanda-tanda infeksi.
|
Perubahan tanda vital mengindikasikan ada infeksi.
|
Kaji nilai-nilai Lab terutama LED.
|
Untuk mengetahui adanya tingkat infeksi
|
Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi perubahan warna
kulit kecoklatan, bau drainage yang tak sedap atau asam
|
Tanda perkiraan infeksi gas gangren
|
Pertahankan tindakan isolasi dgn teknik isolasi.
|
Mencegah penyebaran kuman / mikroorganisme agar tidak terjadi
infeksi silang
|
Rawat luka dengan cara aseptic steril
|
Meminimalkan Infeksi.
|
Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik IV/topikal.
|
Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau
dapat ditujukan pada mikroorganisme.
|
Pantau adanya sepsis, demam, Takhipnoe.
|
Sepsis, demam, takhipnoe menandakan Infeksi
|
b.
Nyeri
berhubungan dengan cedera jaringan lunak, imobilisasi, stress, ansietas
Tujuan
:
Menyatakan
nyeri hilang atau berkurang, Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi
dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan cepat. Menunjukkan penggunaan
keterampilan relaksasi.
Intervensi
|
Rasional
|
tutup luka sesering mungkin
|
Perubahan suhu dan paparan udara dapat menyebabkan nyeri hebat
pada pemajanan ujung syaraf
|
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi / karakter dan intensitas (
skala 0 – 10 )
|
Perubahan lokasi / karakter dan intensitas nyeri dapat
mengindikasikan terjadinya komplikasi
|
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
|
Kurang tidur dapat meningkatkan persepsi nyeri / kemampuan koping
menurun.
|
Dorong
ekspresi perasaan tentang nyeri
|
Pernyataan
memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping
|
Dorong penggunaan tehnik manajemen stress, contoh relaksasi
progresif, nafas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi
|
Memfokuskan kembali perhatian ,meningkatkan relaksasi dapat
menurunkan ketergantungan farmakologis
|
Tinggikan ektrimitas secara periodik
|
Setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidak
nyamanan serta resiko kontraktur
|
c.
Resiko
tinggi terhadap disfungsi perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi
aliran darah, cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus,
hipovolemia.
Tujuan
:
Mempertahankan
perfusi jaringan.
intervensi
|
rasional
|
Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada
fraktur.
|
Kembalinya warna cepat (3 – 5 detik), warna kulit putih
menunjukkan gangguan arterial, sianosis diduga ada gangguan vena.
|
Lakukan pengkajian neuromuscular , perhatikan fungsi
motorik/sensori.
|
Gangguan perasaan bebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri
terjadi bila sirkulasi syaraf tidak adekuat atau syaraf rusak.
|
Tes sensasi syaraf perifer dengan menusuk pada kedua selaput
antara ibu jari pertama dan kedua dan kaji kemampuan untuk dorsofleksi ibu
jari bila diindikasikan.
|
Panjang dan posisi syaraf parineal meningkatkan resiko cedera
pada adanya fraktur kaki, edema/sindrom kompartement, atau melapisi alat traksi.
|
Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk
pembengkakan/pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan bandingkan
dengan yang tak cedera.
|
Peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada
pembengkakan jaringan/edema umum tetapi menunjukkan perdarahan.
|
Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat, sianosis, kulit
dingin.
|
Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem
perfusi jaringan.
|
Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi.
|
Menurunkan edema atau
pembentukan hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi.
|
Awasi
Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi.
|
Membantu
dalam kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan keefektifan terapi
penggantian.
|
d.
Resiko
tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah atau
emboli lemak.
Tujuan
:
Mempertahankan
fungsi pernafasan yang adekuat.
Intervensi
|
Rasional
|
Awasi frekuensi pernafasan
|
Takipnea, dispnea dan insufisiensi pernafasan.
|
Auskultasi bunyi nafas perhatikan terjadinya
ketidaksamaan bunyi hiperesonan, juga adanya gemericik, ronchi, mengi, dan
inspeksi mengorok/sesak nafas.
|
Perubahan dalam/adanya bunyi adventisius menunjukkan terjadinya
komplikasi pernafasan
|
Inspeksi kulit untuk petekie di atas garis puting pada aksilla
meluas ke abdomen/tubuh, mukosa mulut kantong konjungtiva dan retina.
|
Ini adalah karakteristik yang paling nyata dari tanda emboli
lemak,. Yang tampak dalam 2 – 3 hari setelah cedera
|
Berikan tambahan oksigen bila diindikasikan
|
Meningkatkan sediaan O2 untuk oksigenasi optimal
jaringan
|
Berikan obat sesuai indikasi, heparin dosis rendah
|
Blok
siklus pembekuan dan mencegah bertambahnya pembekuan dengan adanya
tromboplebitis.
|
e.
Gangguan
mobilitas berhubungan dengan nyeri
Tujuan:
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin mempertahankan posisi fungsional.
Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin mempertahankan posisi fungsional.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan
dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilitas.
|
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual memerlukan intervensi atau informasi untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan.
|
Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang
tidak sakit.
|
kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan
tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan massa otot.
|
Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan.
|
Meningkatkan posisi fungsiinal pada extremita dan mencegah
kontraktur.
|
lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, di awali dgn
pasif kemudian aktif.
|
Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan
kontraktur, meningkatkan pemeliharaan fungsi otot sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang
|
Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral,
pertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah defekasi pertama.
|
pada cedera muskuloskeletal, nutrisi yang diperlukan untuk
penyembuhan berkurang dengan cepat. Sering mengakibatkan penurunan BB, selama
traksi tulang ini dapat mempengaruhi massa otot, tonus dan kekuatan.
|
Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabiltasi
spesialis.
|
Untuk
membuat aktivitas individual atau program latihan pasien dapat memerlukan
bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan dan aktivitas yang
mengandalkan BB.
|
f.
Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas kulit atau jaringan donor berhubungan
dengan skin graf dan mobilisasi.
Tujuan
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji kulit untuk luka, benda asing, kemerahan, perdarahan,
perubahan warna.
|
Berikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang
mungkin disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips atau beban atau traksi.
|
Ubah posisi dengan sering, dorong penggunaan trapeze bila
mungkin.
|
Untuk mengurangi tekanan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit, penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku
atau tumit.
|
Tinggikan area graft bila mungkin atau tepat. Pertahankan posisi
yang diinginkan
|
Membatasi risiko pemisahan graft. Gerakan jaringan di bawah graft
dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
|
Gunakan plester traksu kulit dengan memanjang pada posisi tungkai
yang sakit.
|
Plester traksi melingkari tungkai dapat mempengaruhi pada
sirkulasi.
|
Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan
tulang.
|
meminimalkan tekanan pada area ini.
|
g.
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah informasi.
Tujuan
Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang
|
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
|
Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi
dengan terapis fisik bila diindikasikan.
|
perlambatan penyembuhan dapat terjadi terhadap ketidaktepatan
penggunaan alat ambulasi.
|
Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara
mandiri dan yang memerlukan bantuan.
|
Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan yang dapat bantuan.
|
Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi yang
sehat
|
Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot
meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari.
|
Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.
|
Menurunkan resiko infeksi
|
.)Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik,
contoh : nyeri berat, demam tinggi, bau tak enak.
|
Intervensi
cepat menurunkan beratnya komplikasi seperti infeksi/gangguan sirkulasi.
|
h.
Gangguan
pemenuhan ADL berhubungan dengan immobilisasi.
Tujuan
Kebutuhan rawat diri terpenuhi.
Kebutuhan rawat diri terpenuhi.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji tingkat kemampuan klien dalam merawat dirinya.
|
Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalam merawat dirinya.
|
Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan anjurkan klien
agar dapat mengerjakan sebanyak mungkin untuk dirinya
|
Perawatan ini membantu memelihara harga diri dan kembali untuk
hidup tanpa tergantung kepada orang lain.
|
Sediakan waktu klien dalam melakukan aktivitas dengan segenap
kemampuannya.
|
Mengurangi frustasi yang sering menyertai kesulitan yang dihadapi
bila belajar
|
Berikan pujian terhadap kemampuan yang dicapai oleh klien dalam
menolong dirinya.
|
Untuk
memotivasi agar mematuhi program rehabilitasi secara kontinyu.
|
i.
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan skin loss atau skin graft
Tujuan:
Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.
|
Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu
proses rehabilitasi.
|
Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan
perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang
biasanya.
|
Membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup
sebelumnya dan membantu pemecahan masalah.
|
Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal
negatif, penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan
nyata/yang diterima.
|
Dibutuhkan
pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang optimal dan
rehabilitasi.
|
j.
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan:
Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah.
Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah.
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis.
|
Dapat mengurangi kecemasan dan ketidakmampuan pasien untuk
membuat keputusan atau pilihan
berdasarkan realita.
|
Berikan lingkungan terbuka di mana pasien akan merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menahan diri untuk berbicara.
|
Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi sekarang tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan perasaan harga diri dan kontrol.
|
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga
dukungan untuk orang terdekat.
|
menciptakan interaksi personal yang lebih baik dan menurunkan
ansietas dan rasa takut.
|
Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan
keputusan bersifat mayor.
|
Menjamin
adanya sistem pendamping bagi pasien dan memberikan kesempatan orang terdekat
untuk berpartisipasi dalam kehidupan pasien.
|
0 Response to "Asuhan Keperawatan Integumen : Skin Graft"
Post a Comment