A. Latar Belakang
Perdarahan postpartum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500cc yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama, atau sesudah kelahiran plasenta. Menurut waktu kejadiannya, perdarahan postpartum sendiri dapat dibagi atas perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi (I.B.G Manuaba, 2007).
Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya sebagai obstetric “langsung” dan “tidak langsung”. Menurut laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7% (Depkes RI, 2008).
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan setelah persalinan, namun ia akan menderita anemia berat.
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah (Ambar Dwi, 2010).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran (Darmin Dina, 2013).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen (Depkes RI, 2010).
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25% kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih dari 100.000 kematian maternal pertahun. Menurut bulletin “American Collage of Obstetrician and Gynecologists” menempatkan perkiraan 140.000 kematian ibu pertahun (Darmin Dina, 2013).
B. Definisi Perdarahan Post Partum
Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan melebihi 500 ml pasca persalinan setelah bayi lahir (Ambar Dwi, 2010).
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam setelah kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital (Vicky Chapman, 2006).
Perdarahan pasca partum adalah perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta (Harry Oxorn, 2010).
C. Pembagian Perdarahan Post Partum
Menurut waktu kejadiannnya, perdarahan post partum dibagi atas :
D. Etiologi Perdarahan Post Partum
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara lain 4T (Tone dimished, Trauma, Tissue, Thrombin) :
E. Faktor Resiko Perdarahan Post Partum
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor resiko paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum :
F. Manifestasi Klinik Perdarahan Post Partum
G. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus - sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehingga terjadi per darahan terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implementasinya yang akan menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan placenta rest dapat diterangkan dalam mekanisme yang sama dimana akan terjadi gangguan pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga menghambat terjadinya perdarahan. Pemebentukan epitel akan terganggu sehingga akan menimbulkan perdarahan berkepanjangan. (I.B.G Manuaba, 2007).
>>> Baca Juga Mengenai Pathway Keperawatan : Perdarahan Post Partum
H. Komplikasi Perdarahan Post Partum
Komplikasi perdarahan postpartum adalah
I. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
B. Diagnosa Keperawatan
C. Rencana Keperawatan
D. Evaluasi Tindakan
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
Kematian ibu hamil dapat diklasifikasikan menurut penyebab mediknya sebagai obstetric “langsung” dan “tidak langsung”. Menurut laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7% (Depkes RI, 2008).
Atonia uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan. Lebih dari separuh jumlah seluruh kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan setelah persalinan, namun ia akan menderita anemia berat.
Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah (Ambar Dwi, 2010).
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran (Darmin Dina, 2013).
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Menurut data WHO, di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen (Depkes RI, 2010).
Menurut WHO, Negara yang berkembang memiliki angka kematian ibu 25% kematian ibu itu disebabkan oleh Perdarahan Post Partum. Terhitung lebih dari 100.000 kematian maternal pertahun. Menurut bulletin “American Collage of Obstetrician and Gynecologists” menempatkan perkiraan 140.000 kematian ibu pertahun (Darmin Dina, 2013).
B. Definisi Perdarahan Post Partum
Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan melebihi 500 ml pasca persalinan setelah bayi lahir (Ambar Dwi, 2010).
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam setelah kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital (Vicky Chapman, 2006).
Perdarahan pasca partum adalah perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi, sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta (Harry Oxorn, 2010).
C. Pembagian Perdarahan Post Partum
Menurut waktu kejadiannnya, perdarahan post partum dibagi atas :
- Perdarahan postpartum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir dengan jumlah 500 cc atau lebih.
- Perdarahan postpartum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi, dengan jumlah 500cc atau lebih (I.B.G Manuaba, 2007).
D. Etiologi Perdarahan Post Partum
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara lain 4T (Tone dimished, Trauma, Tissue, Thrombin) :
- Tone Dimished : Atonia uteri Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu untuk berkontraksi dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim.
- Manipulasi uterus yang berlebihan.
- General anestesi (pada persalinan dengan operasi ), Anestesi yang dalam.
- Uterus yang teregang berlebihan.
- Kehamilan kembar.
- Fetal macrosomia ( berat janin antara 4500 - 5000 gram ).
- Polyhydramnion.
- Kehamilan lewat waktu, Partus lama.
- Grande multipara ( fibrosis otot-otot uterus ).
- Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ).
- Plasenta previa, Solutio plasenta (Fransisca, 2012).
- Tissue
- Retensio plasenta
- Sisa plasenta
- Plasenta acreta dan variasinya.
- Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta ( plasenta adhesiva )
- Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis menembus desidva sampai miometrium - sampai dibawah peritoneum ( plasenta akreta - perkreta )
- Trauma Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir akibat :
- Ruptur uterus
- Inversi uterus
- Perlukaan jalan lahir
- Vaginal hematom
- Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
- Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
- Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
- Thrombin : Kelainan pembekuan darah Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :
- Hipofibrinogenemia,
- Trombocitopeni,
- Idiopathic thrombocytopenic purpura,
- HELLP syndrome ( hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count ),
- Disseminated Intravaskuler Coagulation,
- Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8 unit karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen fibrin dan trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)
Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serat - serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri :
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :
Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara operasi ataupun persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan vacum atau forcep, walaupun begitu laserasi bisa terjadi pada sembarang persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan akan tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai artery atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.
Perdarahan yang terus terjadi ( terutama merah menyala ) dan kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga tundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Inversio uteri dapat dibagi :
Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 - 70 % ). Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita. (Fransisca, 2012)
E. Faktor Resiko Perdarahan Post Partum
Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya merupakan faktor resiko paling besar untuk terjadinya perdarahan postpartum sehingga segala upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum :
- Grande multipara
- Perpanjangan persalinan
- Chorioamnionitis
- Hipertensi
- Kehamilan multiple
- Injeksi Magnesium sulfat
- Perpanjangan pemberian oxytocin (Fransisca, 2012)
F. Manifestasi Klinik Perdarahan Post Partum
- Tanda - tanda perdarahan post partum secara umum :
- Perdarahan postpartum dapat berupa perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan - lahan tapi terjadi terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas ataupun jatuh kedalam syok.
- Pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil
- Pada perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan darah (sistolik <90 mmHg) nadi (>100x / menit) dan napas cepat, pucat (Hb <8%), extremitas dingin, sampai terjadi syok (Ambar, 2010).
- Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
- Atonia Uteri
- Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).
- Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
- Robekan jalan lahir
- Gejala yang selalu ada : perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.
- Gejala yang kadang - kadang timbul : pucat, lemah, menggigil.
- Retensio plasenta
- Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
- Gejala yang kadang - kadang timbul : tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan
- Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
- Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera
- Gejala yang kadang - kadang timbul : Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
- Inversio uterus
- Gejala yang selalu ada : uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
- Gejala yang kadang-kadang timbul : Syok neurogenik dan pucat (I.B.G Manuaba, 2007)
G. Patofisiologi Perdarahan Post Partum
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum sehingga sinus - sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehingga terjadi per darahan terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Lepasnya plasenta tidak terjadi bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implementasinya yang akan menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah terbuka serta menimbulkan perdarahan. Perdarahan placenta rest dapat diterangkan dalam mekanisme yang sama dimana akan terjadi gangguan pembentukan thrombus di ujung pembuluh darah, sehingga menghambat terjadinya perdarahan. Pemebentukan epitel akan terganggu sehingga akan menimbulkan perdarahan berkepanjangan. (I.B.G Manuaba, 2007).
>>> Baca Juga Mengenai Pathway Keperawatan : Perdarahan Post Partum
H. Komplikasi Perdarahan Post Partum
Komplikasi perdarahan postpartum adalah
- Anemia yang dapat memperlemah kondisi klien, menurunkan daya tahan dan menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi nifas.
- Kematian akibat kehilangan darah yang tidak dapat ditangani. (Harry Oxorn, 2010)
I. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
- Penatalaksanaan Medis Terapi Medis yang dapat digunakan
- Methergine 0,2 mg peroral setiap 4 jam sebanyak 6 dosis. Dukung dengan analgesik bila terjadi kram.
- Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
- Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
- Prostin supositoria pervagina, uterus atau rectum
- Bila perdarahan terus berlanjut beri Hernabate 1 ampul per IM setiap 5 menit sebanyak tiga kali. Berikan dosis pertama 10 menit setelah pemberian Prostin (Geri Morgan, 2009).
- Penatalaksanaan Keperawatan Penunjang Medis
- Tekan bagian segmen uterus bagian bawah dan keluarkan bekuan darah
- Periksa konsistensi uterus
- Bila terjadi atonia, pijat uterus
- Bila tidak ada respon, lakukan kompresi bimanual
- Berikan oksitoksik dan atau ergot, seperti berikut :
- Pitocin 10 - 20 unit dalam 1000 cc cairan IV
- Methergine 0,2 mg IM bila tidak ada riwayat hipertensi
- Prostin supositoria pervagina, uterus, atau rectum
- Bila perdarahan uterus berlanjut berikan Hernabate 1 ampul per IM setiap 5 menit sebanyak tiga kali. Beri dosis pertama 10 menit setelah pemberian prostin.
- Lanjutkan kompresi bimanual
- Pantau TTV dan tanda syok
- Bila uterus terus berkontraksi dan perdarahan terus berlanjut, perhatikan apakah ada laserasi.
- Bila laserasi vagina atau perineum derajat pertama atau kedua, segera perbaiki
- Bila laserasi serviks atau laserasi vagina atau laserasi perineum derajat tiga atau empat: jepit perdarahan dan lakukan perbaikan bila terjadi hemostasis
- Bila terjadi tanda - tanda syok:
- Berikan infuse RL dengan cepat
- Baringkan pasien dengan kaki sedikit dinaikkan
- Berikan oksigen melalui masker
- Jaga pasien agar tetap hangat, beri selimut
- Pantau tanda - tanda vital
- Pada kasus yang ekstrem, pertimbanngkan untuk melakukan hal-hal berikut:
- Injeksi oksitosin secara langsung ke uterus dengan trompet lowa
- Lakukan kompresi aorta
- Lakukan histerektomi atau D&C bila diperlukan
- Penatalaksanaan tindak lanjut Lakukan uji hemotokrit :
- Saat 12 jam setelah pelahiran
- Saat 24 jam sesudah pelahiran
- Pertimbangkan pemberian suplemen zat besi ( Geri Morgan, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN PERDARAHAN PASCA PARTUM
A. Pengkajian Keperawatan
- Pengkajian Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan perdarahan post partum adalah perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
- Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III. (Reza Syahbandi, 2013)
- Riwayat kesehatan :
- Riwayat kesehatan dahulu Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus mellitus dan jantung (hipertensi)
- Riwayat kesehatan keluarga Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama
- Pengkajian Fisik
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
- Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
- Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
- Suhu : Normal/ meningkatn
- Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
- Inspeksi
- Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan karakteristik episiotomi
- Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
- Pervaginam: keluar darah, robekan
- Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
- Inspeksi payudara adakah area kemerahan
- Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh dan perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)
- Palpasi
- Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
- Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
- Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri tekan
- Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil memanjang
- Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang ( Barbara R. Stright, 2004)
- Pola pengkajian keluarga
- Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
- Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
- Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
- Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
- Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai hari ke 5
- Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
- Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
- Seksualitas:
- Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap harinya
- Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
- Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
- Pengkajian Psikologis
- Apakah pasien dalam keadaan stabil
- Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa penyembuhan
- Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
- Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan untuk mendiagnosis infeksi
- Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis vena profunda
- Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna adalah metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis.
- Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
- Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit fibrin (SDP/FSP)
- Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan. ( Barbara R. Stright, 2004)
B. Diagnosa Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
- Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian
- Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang steril
- Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
C. Rencana Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Tujuan: Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
- Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang R/: Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
- Monitor tanda vital R/: Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
- Monitor intake dan output setiap 5-10 menit R/: Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
- Evaluasi kandung kencing R/: Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
- Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis R/: Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
- Batasi pemeriksaan vagina dan rectum R/: Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
- Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi. Berikan infus atau cairan intravena R/: Cairan intravena mencegah terjadinya shock
- Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri ) R/: Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
- Berikan antibiotic R/: Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan pada subinvolusio
- Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ) R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
- Monitor tanda vital tiap 5-10 menit R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
- Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
- Kaji ada / tidak adanya produksi ASI R/: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
- Tindakan kolaborasi :
- Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
- Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan)
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan Tujuan: skala nyeripada pasien berkurang
- Pertahankan tirah baring selama fase akut R/: meminimalkan stimulasi dan mengurangi intensitas nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau teknik distraksi R/: untuk mengurangi intensitas nyeri
- Hindar atau minimalkan aktivitas yang berat R/: Aktivitas berat dapat memperparah kondisi dan menyebabkan nyeri bertambah
- Kolaborasi dengan pemberian analgetik R/: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis
- Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian Tujuan: Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
- Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan R/: Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
- Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ) R/: Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
- Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung R/: Memberikan dukungan emosi
- Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan R/: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
- Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya R/: Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
- Kaji mekanisme koping yang digunakan klien R/: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
- Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang steril Tujuan: Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
- Catat perubahan tanda vital R/: Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
- Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul R/: Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
- Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea R/: Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
- Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing R/: Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
- Tindakan kolaborasi
- Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
- Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).
- Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan Tujuan : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal
- Monitor tanda vital tiap 5-10 menit R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
- Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
- Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ) R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
Rencana tindakan :
Rencana keperawatan :
Rencana Tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana keperawatan :
D. Evaluasi Tindakan
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
- Tanda vital dalam batas normal :
- Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
- Denyut nadi : 70-80 x/menit
- Pernafasan : 20 – 24 x/menit
- Suhu : 36 – 37 Celcius
- Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
- Gas darah dalam batas normal
- Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
- Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
- Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
- Klien tidak merasa nyeri
- Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya (Reza Syahbandi, 2013)
0 Response to "Laporan Pendahuluan : Perdarahan Post Partum"
Post a Comment