ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN PERDARAHAN PASCA PARTUM
A. Pengkajian Keperawatan
- Pengkajian Identitas klien : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
- Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan perdarahan post partum adalah perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
- Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III. (Reza Syahbandi, 2013)
- Riwayat kesehatan :
- Riwayat kesehatan dahulu Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus mellitus dan jantung (hipertensi)
- Riwayat kesehatan keluarga Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama
- Pengkajian Fisik
- Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
- Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
- Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
- Suhu : Normal/ meningkatn
- Kesadaran : Normal / turun (Barbara R.Stright, 2004)
- Inspeksi
- Inspeksi perineum apakah ada memar, bengkak, dan karakteristik episiotomi
- Kaji karakter lokia, yakni warna, bau dan jumlah
- Pervaginam: keluar darah, robekan
- Inspeksi kaki apakah ada edema atau goresan merah
- Inspeksi payudara adakah area kemerahan
- Inspeksi putting susu apakah ada pecah-pecah, memepuh dan perdarahan( Barbara R. Stright, 2004)
- Palpasi
- Palpasi apakah uterus lembek, lokasi dan nyeri tekan
- Palpasi adakah nyeri tekan, hangat, benjolan, dan nyeri pada kaki
- Palpasi payudara untuk memeriksa bengkak, benjolan dan nyeri tekan
- Kulit apakah dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refil memanjang
- Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang ( Barbara R. Stright, 2004)
- Pola pengkajian keluarga
- Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
- Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
- Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
- Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
- Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai hari ke 5
- Persepsi sensori: Tidak ada gerakan dan sensori
- Nyeri dan ketidaknyamanan: Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
- Seksualitas:
- Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap harinya
- Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
- Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
- Pengkajian Psikologis
- Apakah pasien dalam keadaan stabil
- Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa penyembuhan
- Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
- Biakan dan uji sensitivitas (pada luka, drainase atau urine) digunakan untuk mendiagnosis infeksi
- Venografi adalah metode yang paling akurat untuk mendiagnosis thrombosis vena profunda
- Ultrasonografi Doppler real-time dan Ultrasonografi Doppler berwarna adalah metode diagnostik untuk mendiagnosis adanya tromboflebitis dan thrombosis.
- Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
- Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit fibrin (SDP/FSP)
- Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan. ( Barbara R. Stright, 2004)
B. Diagnosa Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan
- Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian
- Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang steril
- Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
C. Rencana Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Tujuan: Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
- Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang R/: Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
- Monitor tanda vital R/: Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
- Monitor intake dan output setiap 5-10 menit R/: Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
- Evaluasi kandung kencing R/: Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
- Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis R/: Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
- Batasi pemeriksaan vagina dan rectum R/: Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
- Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi. Berikan infus atau cairan intravena R/: Cairan intravena mencegah terjadinya shock
- Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri ) R/: Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
- Berikan antibiotic R/: Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan pada subinvolusio
- Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ) R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
- Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam Tujuan : Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
- Monitor tanda vital tiap 5-10 menit R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
- Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
- Kaji ada / tidak adanya produksi ASI R/: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
- Tindakan kolaborasi :
- Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
- Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan)
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan Tujuan: skala nyeripada pasien berkurang
- Pertahankan tirah baring selama fase akut R/: meminimalkan stimulasi dan mengurangi intensitas nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau teknik distraksi R/: untuk mengurangi intensitas nyeri
- Hindar atau minimalkan aktivitas yang berat R/: Aktivitas berat dapat memperparah kondisi dan menyebabkan nyeri bertambah
- Kolaborasi dengan pemberian analgetik R/: Menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis
- Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan ancaman kematian Tujuan: Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
- Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan R/: Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
- Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ) R/: Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
- Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung R/: Memberikan dukungan emosi
- Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan R/: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
- Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya R/: Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
- Kaji mekanisme koping yang digunakan klien R/: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
- Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang kurang steril Tujuan: Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal )
- Catat perubahan tanda vital R/: Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
- Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul R/: Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
- Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea R/: Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
- Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing R/: Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
- Tindakan kolaborasi
- Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
- Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).
- Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan Tujuan : tidak terjadi syok dan kondisi klien dalam batas normal
- Monitor tanda vital tiap 5-10 menit R/: Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
- Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit R/: Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
- Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ) R/: Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
Rencana tindakan :
Rencana keperawatan :
Rencana Tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana keperawatan :
D. Evaluasi Tindakan
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
- Tanda vital dalam batas normal :
- Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
- Denyut nadi : 70-80 x/menit
- Pernafasan : 20 – 24 x/menit
- Suhu : 36 – 37 Celcius
- Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
- Gas darah dalam batas normal
- Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
- Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
- Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
- Klien tidak merasa nyeri
- Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya (Reza Syahbandi, 2013)
0 Response to "Asuhan Keperawatan : Perdarahan Post Partum"
Post a Comment